Purwodadi, - Water Balance memiliki fluktuasi yang makin tinggi, Hal tersebut berdampak pada meningkatnya potensi banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau, dan Diperlukan alat dan metode pencatatan indikasi air baku secara berkala, maka Bappeda Grobogan mengadakan Rapat Koordinasi Sensor Kualitas dan Kuantitas Air Baku pada hari Kamis tanggal 20 Januari 2022 pukul 09.00 di Ruang Rapat Kecil Bappeda Grobogan untuk mencatat tinggi muka air tanah, kualitas air tanah (1. TDS, 2. Ph, 3. BOD, 4. Dll), serta Perancangan Detail.
Rapat dipimpin oleh Kepala Sub Bidang Infrastruktur dan Perhubungan Wakid Muthowal, S.TP. M.Sc. Terdapat masukan dari perwakilan DLH, diantaranya bahwa tupoksi DLH adalah menangani air baku, bukan air minum. Kemudian DLH memiliki on-limo untuk menguji kualitas air Sungai Lusi di Desa Kalirejo, Wirosari, dimana terdapat alat sensor 4 jenis yang juga otomatis tercatat di website di kemenlhk. Kegiatan ini dibawahi oleh Bidang Pengendalian DLH. Perwakilan DLH juga memberi masukan bahwa Dinas Kesehatan dan Kehutanan perlu dilibatkan juga dalam Rapat Koordinasi. Terdapat masukan juga dari Bp. Rudi (Disperakim), bahwa sudah ada 193 Desa Pamsimas di Kabupaten Grobogan, kemudian perlu upaya menabung air di musim penghujan dan teknologi resapan, seperti contohnya di Desa Tunggak (Kec. Toroh) sudah melaksanakan hal tersebut, kemudian juga di Desa Boloh (Kec. Toroh), Desa Kemiri (Kec. Gubug) dll.
Dari hasil diskusi, disimpulkan bahwa diperlukan kunjungan lapangan untuk melihat automatic recording untuk mempelajari harga, penggunaan/aplikasi, proses pengadaan, porses instalasi, pemanfaatan, dll. Kemudian diperlukan data tertulis dan tersusun terkait efektifitas pohon, sumur resapan dan lainnya dalam menyimpan air, sebagai materi persuasive bagi Pemdes maupun warga agar mau melakukan konservasi air. Terakhir, perlu adanya kunjungan ke PT Djarum Kudus untuk mempelajari pohon konservasi, Baobab dll terhadap efektifitasnya di dalam menyimpan air.