iden

Bidang Rendal

Koordinasi dan Sinkronisasi INOVASI Program Perencanaan Pembangunan Daerah

Koordinasi dan Sinkronisasi Inovasi Program Renbangda

Purwodadi – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Grobogan mengadakan kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi INOVASI Program Perencanaan Pembangunan Daerah di Ruang Rapat Pangripta Bappeda.

Dalam Rapat Koordinasi yang dilaksanakan hari Rabu tanggal 29 Oktober 2019 ini, Kepala Bappeda Kabupaten Grobogan, Bapak Anang Armunanto, S.Sos, M.Si selaku pimpinan rapat menyampaikan pentingnya Inovasi untuk memperbaiki kualitas perencanaan pembangunan daerah. Beliau juga menekankan bahwa Kabupaten Grobogan mempunyai kesempatan yang sama dengan Kabupaten lain untuk melakukan Inovasi dan mengukir Prestasi dalam Perencanaan.

Rapat yang mengusung tema Inovasi “Geber Taskin (Gerakan Bersama Pemberantasan Kemiskinan)” ini dihadiri oleh beberapa OPD, Kecamatan, Perbankan dan perwakilan dari Bidang Pemsosbud (Pemerintahan, Sosial dan Budaya) Bappeda, yang telah mengawal perkembangan Program ini sejak tahun 2018.

Tenaga Ahli yang diundang dari LPPSP Semarang, Bp. Lois Yulianto, S. Kel., M.A. sebagai narasumber menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan sebuah Inovasi “Geber Taskin” ini. Di antara hal tersebut adalah kebaruan serta pembeda dengan Program serupa yang sudah ada di Kabupaten lain, Strategi untuk menurunkan angka kemiskinan hingga mencapai target, serta Program yang harus berorientasi terhadap Outcome dan Impact (bukan Inovasi yang focus pada Input).  Dan satu hal yang tidak kalah penting adalah Database Kemiskinan sebagai acuan bersama harus valid dan berkualitas.

Di akhir sesi rapat, peserta memberikan feedback pelaksanaan Program “Geber Taskin” ini. Salah satu peserta dari Kecamatan Klambu, Ibu Suprapti mengeluhkan data kemiskinan yang ada saat ini cukup banyak yang tidak valid, sementara Program Pembangunan yang ada sekarang harus berorientasi terhadap kemiskinan. Selain itu beliau juga menyampaikan adanya perbedaan sebagian besar cara pandang masyarakat pedesaan yang lebih mementingkan sawah dan ternak dibandingkan rumah sehat dan layak huni. Hal ini tentu bertolak belakang dengan indikator kemiskinan dan menjadi salah satu penyebab kasus kemiskinan di Kabupaten Grobogan sulit terselesaikan.