Kabupaten Grobogan mempunyai potensi peternakan yang cukup besar, khususnya jenis ternak besar. Pada tahun 2010, populasi ternak ruminansia masing-masing sebesar 137.843 ekor sapi potong, 2.545 ekor kerbau, 335 ekor sapi perah, 492 ekor kuda, 104.703 ekor kambing, 14.936 ekor domba dan 215 ekor babi (Sumber: Grobogan Dalam Angka (GDA) tahun 2011). Populasi yang besar ini menjadikan Kabupaten Grobogan menjadi salah satu pensuplai kebutuhan daging di Jawa Tengah, Selain memberikan hasil berupa ketersediaan daging , peternakan juga memberikan hasil sampingan berupa limbah kotoran yang melimpah. Selama ini limbah peternakan tersebut dimanfaatkan masyarakat sebagai pupuk organic untuk tanaman pertanian.
Limbah peternakan berupa kotoran tersebut mengandung gas Metan (CH4) yang dapat merusak lapisan ozon dan berdampak secara global terhadap pemanasan global. Memang kandungan gas metan di dunia ini hanya sekitar 10% dari total gas pembentuk gas rumah kaca, namun metan memiliki dampak 21 kali lebih besar dari gas karbondioksida (CO2) yang banyak dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor. Gas metana yang keluar dari proses fermentasi kotoran ternak sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga. Penggunaan gas metana sebagai bahan bakar rumah tangga akan sangat mengurangi proses perusakan lapisan ozon di atmosfer.
Penduduk Kabupaten Grobogan yang memiliki ternak sapi potong sebagian besar adalah petani. Sebagaian besar penduduk Kabupaten Grobogan tidak memanfaatkan limbah peternakan tersebut untuk kebutuhan lain. Sebenarnya di Kabupaten Grobogan sudah terdapat beberapa demplot Biogas, namun keberadaannya tidak merata. Kebutuhan energi mereka sebagian besar adalah kayu bakar yang mereka cari di ladang atau hutan. Sumber energi masyarakat yang berasal dari kayu bakar apabila tidak memperhatikan keseimbangan akan dapat menimbulkan dampak buruk terhadap kelestarian hutan dan lingkungan.
Sisa dari proses biogas ini merupakan pupuk organic unggulan siap pakai yang dapat digunakan oleh petani – peternak untuk memupuk tanaman atau dijual sebagai pupuk organik. Dengan demikian pengolahan limbah peternakan menjadi biogas, tidak menghilangkan manfaat limbah tersebut untuk pupuk pertanian mereka.
Selain keuntungan dari segi ekonomis, bioagas juga memberikan manfaat dari segi ekologis. Pengurangan konsentrasi gas metan secara local dapat berperan dalam upaya mengatasi masalah global, terutama dalam hal ini adalah efek gas rumah kaca dan pemanasan iklim dunia. Apabila pemanfaatan kotoran ternak sebagai penghasil biogas dapat dioptimalkan, Kabupaten Grobogan sebagai salah satu pusat peternakan Jawa Tengah dapat menjadi contoh bagi Kabupaten lain dalam menerapkan konsep produksi bersih (zero waste) dalam bidang peternakan.
Potensi limbah peternakan yang cukup besar di Kabupaten Grobogan sudah saatnya dimanfaatkan untuk menunjang kebutuhan energi petani. Energi biogas ini memliki beberpa keunggulan antara lain dapat digunakan untuk memasak seperti menggunakan kompor gas dengan nyala api yang sama panasnya dengan LPG.